Senin, 17 September 2018

PROFIL DESA



Sejarah Desa
  
Desa Tanjung Kerta awal mulanya dari bakhdah limau putih cuku balak, awal mula nama desa Tanjung Kerta iyalah “Tanjung Kota” arti dari Tanjung kota iyalah “Berdirikan sekarang juga” di desa tanjung kerta memiliki pangeran Adat Lampung bernama Dr.H.M. Zaharuddin Utama, S.H.MM. Luas Desa Sri Budaya ± 608 Ha meliputi tanah pekarangan, persawahan, perladangan, dan pemukiman penduduk. 

Kepala Desa

Sejak dibuka dan diresmikan menjadi Desa Tanjung Kerta hingga sekarang dalam hal pimpinan Desa (Kepala Desa) telah mengalami 7 kali pergantian sebagai berikut :
·         Tahun 1984 – 1989 dipimpin oleh bapak Abdul Hakim

·         Tahun 1989 – 1994 dipimpin oleh bapak Abdul Hakim

·         Tahun 1994 – 1999 dipimpin oleh bapak Yakub

·         Tahun 1999 – 2004 dipimpin oleh bapak M Alaudin

·         Tahun 2004 – 2009 dipimpin oleh bapak Sayuti Ramli

·         Tahun 2009 – 2014 dipimpin oleh bapak Sayuti Ramli

·         Tahun 2018 sampai saat ini dipimpin oleh bapak Ashari Siha


Monografi Desa Tanjung Kerta

1.      Batas Wilayah Desa

Desa Tanjung Kerta terletak di kecamatan Way Khilau secara Administratif mempunyai batasan-batasan sebagai berikut :
·         Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Penengahan

·         Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kubu Batu

·         Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kota Jawa  
·         Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukajaya


2.      Luas wilayah Desa

Desa Tanjung Kerta masuk wilayah kecamatan Way Khilau dengan luas wilayah ± 600,8 Ha yaitu diantaranya :
a.       Tanah Sawah:
·         Sawah irigasi teknis 37 Ha
·         Sawah irigasi   teknis 43 Ha
·         Sawah tadah hujan 129 Ha

b.      Luas tanah kering, diantaranya yaitu :
·         Tanah perkebunan rakyat 244 Ha

·         Tanah bangunan (termasuk pekarangan, sekolahan)

·         Lapangan dan kuburan

·         Tanah lain – lain (tanah yang belum diusaha kan dan sebagainya)

3.      Orbitrasi wilayah Desa

Posisi jarak jangkau (orbitrasi) Desa Tanjung Kerta berada dekat dari pusat Kecamatan terdekat yaitu kecamatan Way Khilau, jarak yang ditempuh 5 Km dengan waktu tempuh 25 menit dengan mengendarai ojek. sedangkan jarak jangkau ke Ibukota Kabupaten Lampung Tengah kurang lebih dapat ditempuh 25 km dengan waktu 30 menit dengan mengendarai mobil, dan jarak jangkau ke Provinsi kurang lebih dapat ditempuh dengan waktu 1 jam 20 menit. Jarak jangkau tersebut pada umumnya sudah dihubungkan oleh jalan aspal (Jalan Provinsi) dan jalan kabupaten, sehingga pada umumnya lancar tidak tergantung musim.

Keadaan Sosial Desa

                            Sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia di Desa Tanjung Kerta yaitu seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

NO
DUSUN
PAUD
TK
SD
SLTP
SLTA
TPA
1
DUSUN 1
-
-
-
-
-
-
2
DUSUN 2
-
-
-
-
-
2
3
DUSUN 3
-
-
-
-
-
-
4
DUSUN 4
-
-
-
-
-
1
5
DUSUN 5
1
-
1
-
-
-
6
DUSUN 6
-
-
1
-
-
1
JUMLAH
1
-
2
-
-
4

Di Desa Tanjung Kerta yang memiliki bangunan masjid berada di dusun 2 dan 4  sedangkan  bangunan mushola terdiri 2 mushola berada di dusun 6. Selain itu hampir seluruh lapisan masyarakat menggunakan sumur galian sebagai pemenuhan air bersih. Mayoritas masyarakat Desa Tanjung Kerta yang beragama Islam tercatat sekitar 2.204 jiwa.

Tabel 2. Sarana dan Prasarana Tempat Beribadah

NO
DUSUN
MASJID
MUSHOLA
GEREJA
PURA
1
DUSUN 1
-
-
-
-
2
DUSUN 2
1
-
-
-
3
DUSUN 3
-
-
-
-
4
DUSUN 4
1
-
-
-
5
DUSUN 5
-
-
-
-
6
DUSUN 6
-
2
-
-
JUMLAH
2
2
-
       -



Keadaan Ekonomi Desa

Sektor ekonomi Desa Tanjung Kerta adalah di bidang pertanian yaitu meliputi :
a.       Padi
b.      Kakau
c.       Lada
d.    Kayu Sengon
POTENSI DESA



Potensi Pertanian

Sebagian besar masyarakat Desa Penengahan memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sehingga terdapat banyak komoditas yang mereka tanam sesuai dengan kebutuhan mereka. Komoditas pertanian yang terdapat di desa Tanjung Kerta antara lain: komoditas padi, jagung, kacang tanah, tanaman coklat dan  juga lain lain. Dimana yang sebagai komoditas utama adalah padi dan coklat. Desa Tanjung Kerta hanya memiliki luas lahan pertanian padi seluas 94 Ha dan Lahan perkebunan dengan memiliki luas lahan hanya 17 Ha dari luas wilayah 618 Ha.
Potensi Pertanian Kakao
Desa Tanjung Kerta yang memiliki lahan cukup luas, sebagian telah dimanfaatkan masyarakat untuk ditanami komoditi yang memiliki nilai ekonomi menjanjikan. Salah satunya sebagian warga menanam kakao sebagai penghasilan yang mampu menghidupi keluarganya.
Potensi Kebung Tirai


Produksi kerajinan kebung Tirai milik ibu Ermawati hanyalah mengandalkan pemesan dari konsumen, kebung Tirai hasil produksi terkadang lama disimpan karena belum adanya pemesan yang mengambil, kebung Tirai dijual kepada masyarakat di daerah Tanjung Kerta serta desa di kecamatan Waykhilau lainnya, sehingga produksi penjualannya cukup banyak
PEMERINTAH DESA



    
  Struktur Pemerintahan Desa




Program Pembangunan Desa

I. Penyelenggaran Pemerintah Desa

1.       Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa

2.       Tunjangan Kepada Desa dan Perangkat

3.       Insentif Ketua RT

4.       Operasional Perkantoran

5.       Pembuatan Website Desa

6.       Operasional RT

7.       Operasional LPM

8.       Operasional PKK

9.       Operasional Karang Taruna

10.    Operasional Hansip dan Linmas

11.    Penyusunan Review RPJM Desa

12.    Penyusunan RKP Desa

13.    Penyusunan APB Desa

14.    Pembuatan Tanda Batas Tanah

15.    Pembuatan Sertifikat Hak Tanah

16.    Pembiayaan Pemilihan Kepala Desa


II. Pelaksanaan Pembangunan Desa

1.       Perapihan Badan Jalan

2.       Gorong-gorong Flat

3.       Penimbunan Jalan

4.       Pos Siskamling

5.       Gorong-gorong Plat Beton

6.       Penggalian siring

7.       Perapihan Badan Jalan

8.       Onderlagh

9.       Lapen

10.    Rehap Balai Desa

11.    Servis Jalan

12.    Pembersihan Lokasi Makam
PRODUK UNGGULAN


KEBUNG TIRAI





Pada umumnya rumah adat Lampung berbentuk panggung. Hamir 90 persen bahan yang digunakan pun menggunakan kayu. Namun, tidak semua suku Lampung membuat rumah jenis panggung untuk huniannya. Namun, nilai-nilai filosofis akan sebuah bangunan bernama rumah adat masih dipegang teguh oleh suku Lampung di Pekon Tanjung Kerta yang merupakan suku Lampung Sai Batin. Pada umumnya rumah disini berbentuk layaknya rumah-rumah di perkampungan yang biasa kita jumpai. Sekilas kita belum merasakan denyut budaya Lampung. Namun, saat upacara adat dilakukan, nuansa Lampung-nya begitu terasa. 


Dalam sebuah upacara adat suku Lampung. Sebuah bangunan memiliki peranan yang begitu penting. Selain sebagai sarana untuk berlindung diri, juga sarat akan nilai budaya. Seperti, saat upacara Nayuh beberapa waktu lalu. Gedong Dalom yang merupakan “istana” raja, begitu memiliki peranan yang amat penting dan sakral. Gedung Dalom ini merupakan rumah penyimbang (pimpinan) suku Lampung disini yang menggunakan adat Saibatin. 


Pada umumnya rumah adat Lampung berbentuk panggung. Hamir 90 persen bahan yang digunakan pun menggunakan kayu. Namun, tidak semua suku Lampung membuat rumah jenis panggung untuk huniannya. Namun, nilai-nilai filosofis akan sebuah bangunan bernama rumah adat masih dipegang teguh oleh suku Lampung di Pekon Tanjung Kerta yang merupakan suku Lampung . Pada umumnya rumah disini berbentuk layaknya rumah-rumah di perkampungan yang biasa kita jumpai. Sekilas kita belum merasakan denyut budaya Lampung. Namun, saat upacara adat dilakukan, nuansa Lampung-nya begitu terasa. 

Dalam sebuah upacara adat suku Lampung. Sebuah bangunan memiliki peranan yang begitu penting. Selain sebagai sarana untuk berlindung diri, juga sarat akan nilai budaya. Seperti, saat upacara Nayuh beberapa waktu lalu. Gedong Dalom yang merupakan “istana” raja, begitu memiliki peranan yang amat penting dan sakral. Gedung Dalom ini merupakan rumah penyimbang (pimpinan) suku Lampung disini yang menggunakan adat Saibatin. 


Gedung Dalom memiliki beberapa bagian yang digunakan dalam sebuah pesta adat. Namun, bagian yang paling meriah adalah ruang tengah. Pada bagian ruang tengah ada sebuah singgasana yang digunakan untuk duduk raja dan ratu. Sementara para tamu agung duduk di lantai yang telah alaskan tempat duduk bantalan. Sementara disana ada talam becukut (talam berkaki) yang dipenuhi dengan aneka makanan tradadisional Lampung.

Pada bagian dindingnya dihiasi dengan kebung (semacam hordeng dengan bentuk segiempat). Kebung ini memiliki simbol yang berbeda-beda. Jika kebungnya berwarna dominan putih itu artinya milik Suttan (pimpinan tertinggi). Sementara untuk para saibatin memiliki corak segitiga yan berbasangan keatas dan kebawah dengan dominan warna merah. Namun, beberapa garis lainnya pada bagian kebung ada warna hitam, kuning dan putih. Kebung-kebung ini memenuhi Gedung Dalom yang digunakan pada saat pesta adat ini.

Pada bagian atas kebung, ada kaghedaian. Kaghedaian ini merupakan kain tradisonal aneka warna dan corak yang ditaruh pada bambu panjang diatas kebung. Jika kebung memenuhi Gedung Dalom, lain halnya dengan kaghedaian yang hanya memenuhi ruang tengah, tempat berlangsungnya pesta adat. Ada dua lapisan kaghedaian. Ini menunjukkan pada dalam kehidupan ada pimpinan dan yang dipimpin. Kain-kain tradisional ini haruslah kain panjang dengan motif yang beda-beda.

Sementara itu, bagian atas dari kaghedaian itu terdapat tikhai. Thikai ini dipasang pada bagian dinding paling atas dalam Gedung Dalom. Tikhai ini berbentuk segitiga memanjang dengan bulatan-bulatan kecil semacam manik-manik. Pada umumnya tikhai ini berwarna merah, hitam dan putih. Tikhai ini memiliki pernanan yang cukup penting. Hampir dalam setiap prosesi acara adat maupun kecil, tikhai hampir dipastikan hadir.

Bagian lain yang memiliki bagian cukup penting yakni Lalokhogkh. Lalokhogkh ini merupakan kain segiempat yang dipasang pada langit-langit Gedung dalom. Seperti halnya kebung yang memiliki beberapa warna dan simbol yang berrragam. Warna putih merupakan warna yang dimiliki oleh Suttan. Sementara Lalokhogkh yang berwarna dominan merah bercampur hitam, kuning dan putih biasanya dimiliki oleh para saibatin. 


Bagian lainnya dalam Gedung Dalom yakni Bulub Sangai. Tiang penyangga yang berdiri tegak diantara kebung pada bagian tengah gedung dalom. Bulub Sangai berwarna putih menandakan itu milik suttan. Sedangkan yang berwarna kuning miliki pangiran maupun dalom.

Seperti halnya pada bagian dalam, pada bagian luar Gedung Dalom juga dipenuhi dengan kebung yang menutupi keseluruhan Gedung Dalom.